Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2013

Laos, menuju komunitas tunggal ASEAN

Apa yang pertama kali terlintas di kepala Anda, saat mendengar kata Laos ? Apakah bumbu masakan atau nama negara di Asia Tenggara? Kedua pengertian itu tidak salah, karena Laos memang bisa berarti ganda, tergantung konteks kalimatnya seperti apa.  (bendera Laos dan tanaman laos/lengkuas) Sebagai sebuah negara, Laos memang tidak sepopuler negara ASEAN lainnya. Memang negara ini sudah merdeka lebih dari setengah abad, yaitu setelah mereka berhasil mengusir Prancis pada 1949, namun hingga kini Laos masih mengalami kesulitan besar untuk bisa bangkit dari kemiskinan. Di masa lampau, Laos memang merupakan negara yang menutup diri terhadap hubungan dengan negara-negara di sekitarnya. Sebenarnya, tak ada yang melarang jika Laos ingin tetap terus menutup diri. Hanya saja, terisolasinya Laos mengakibatkan negara ini menjadi sangat lama berkembang. Saat negara-negara di sekitarnya sudah mengupayakan keberhasilan di berbagai bidang, Laos masih tertinggal. Laos bergabung dalam ...

Secangkir kopi dan Sabtu

Yuuk, mari kita nyanyi dulu.. Bangun tidur ku terus ngopi tidak lupa sambil nonton tivi habis ngopi ku ganti baju (loh, ga mandi??) tidak ingat kalau ini Sabtu...   Demikian gubahan ngawur dari lagu yang dulu sering kita nyanyikan saat masih duduk di Taman Kanak-Kanak . Memang, kira-kira ya begitulah rutinitas kebanyakan orang pekerja sekarang ini di pagi hari. Kalau pagi-pagi tidak ngopi dulu, rasanya ada yang kurang. Kurang semangat, dan jadi cepat ngantuk pastinya. Mana kalau berangkat kerja masih ditambah macet pula..begitu mungkin yang dialami mereka yang bekerja di kota besar, seperti Jakarta. Untunglah, jarak kantor dari kos saya tidak jauh, hanya 5 menit perjalanan. Jadi, no macet. Berbicara tentang perkopian, tahu tidak kalau saat ini Indonesia adalah penghasil kopi terbesar no 3 di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Secara geografis, letak Indonesia yang dilintasi garis ekuator menjadikannya negara beriklim tropis yang sangat cocok un...

Myanmar : VoA atau visa-free?

Acara jalan-jalan ke tempat wisata selalu menjadi kegiatan yang menyenangkan. Dari yang sekedar menengok saudara di Ragunan, main di Dufan, hingga jalan-jalan ke luar negeri, semuanya menjadi cara melepaskan kepenatan dari rutinitas sehari-hari. Apalagi kalau dibayarin, siapa yang ga mau? Nah, ngomong-ngomong soal jalan-jalan ke luar negeri, selain tiket pesawat (kalau naik pesawat), kita juga harus mempunyai paspor. Di Asia Tenggara, hampir sem ua negara ASEAN cukup menggunakan paspor dan telah membebaskan pengurusan visa untuk wisatawan yang ingin berkunjung ke negaranya, namun tidak demikian dengan Myanmar. Untuk masuk ke Myanmar, selain mempunyai paspor, kita juga perlu mempunyai visa.  Apa itu visa ? Menurut wikipedia, visa adalah sebuah dokumen yang dikeluarkan oleh sebuah negara memberikan seseorang izin untuk masuk ke negara tersebut dalam suatu periode waktu dan tujuan tertentu. Visa yang dimaksud untuk kunjungan wisata ke Myanmar disebut dengan Visa-on-Arrival ...

Indonesia – The infinite enchantment

Teks dengan font khas bertuliskan “ Connecting people ” baru saja terlihat di layar kaca. Tanpa menyebutkan brand nya, saya rasa Anda sudah bisa langsung mengerti iklan apa yang saya maksud. Bahkan mungkin, hanya dengan mendengar suara yang saat “ welcoming note ” di HP-nya secara langsung, Anda pasti sudah tahu. Itulah yang disebut dengan branding . Nah, dalam #10daysforASEAN hari ketiga ini, saya mendapat tantangan soal branding . Bukan branding produk tetapi branding nation . Negara tetangga kita Malaysia, cukup berhasil membuat branding dengan “ Truly Asia ” nya. Banyak negara-negara di luar pun mengasosiasikan Malaysia sebagai representasi Asia. Padahal slogan “ Malaysia - Truly Asia ” tidaklah sehebat yang kita pikir. Malaysia mengklaim dirinya sebagai “Asia yang sebenarnya” apakah memang sudah mewakili Asia yang sebenarnya. Tentu kita bisa mengamati Malaysia selama ini seperti apa. Memang tak bisa dipungkiri bahwa Malaysia lebih maju pembangunannya dan m...

Candi Borobudur ~ Angkor Wat, warisan budaya bangsa

Siapa yang tidak tahu candi Borobudur? Sebagai putra bangsa, saya merasa sangat bangga memiliki warisan budaya berupa mahakarya yang sangat mengagumkan ini. Sering saya berpikir, bagaimana mungkin batu-batuan sebesar dan sebanyak itu dipahat dan diatur sedemikian rupa hingga bisa mengunci satu sama lain. Dibangun dengan teknologi yang masih sangat kuno, tanpa semen, tanpa alat-alat modern seperti sekarang, candi Borobudur telah mampu berdiri dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Dulu saat saya masih SD, candi Borobudur juga termasuk sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia. Sungguh luar biasa. Jika kita mempunyai candi Borobudur, negara tetangga kita Kamboja mempunyai Angkor Wat sebagai warisan kebanggaan bangsanya. Angkor Wat adalah salah satu dari banyak candi yang ada di kawasan Yasodharapura, sebuah kawasan peninggalan sejarah di wilayah Siem Reap. Angkor berasal dari bahasa Sansekerta nokor yang berarti ibukota atau negara, sedangkan Wat berasal dari bahasa Khmer yang ber...

Kutunggu kau di sini..salon Thailand

Saya baru tahu hari Minggu kemarin kalau tanggal 24 Agustus ternyata ada acara sosialisasi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 di Caraka Loka. Sebenarnya sayang sekali tidak bisa ikut, apalagi acaranya terbuka untuk umum dan gratis.. Tetapi masih untunglah kemarin saya masih bisa mendaftar untuk mengikuti #10daysforASEAN yang dimulai hari ini. Isu pertama yang dibahas adalah munculnya salon Thailand di tengah keberadaan salon lokal. Wah, salon Thailand itu seperti apa ya, soalnya ke ke Thailand saja saya belum pernah. Saya rasa, setiap wanita tentu menginginkan penampilannya selalu cantik dan menarik. Oleh karena itu setiap detil dari ujung rambut sampai ujung kaki selalu diperhatikan agar tampil mempesona siapapun yang melihatnya. Tidak jarang juga wanita berganti model dan warna rambut, kadang lurus, keriting, dsb. Karena alasan itulah, maka salon kecantikan menjadi tempat favorit bagi wanita. Maka tak perlu heran jika saat ini banyak bermunculan salon kecantikan di ma...

Menghargai dan memajukan obat tradisional Indonesia

Jika mendengar kata “jamu”, persepsi sebagian besar masyarakat akan langsung mengarah pada ramuan minuman dalam gelas, berwarna kecoklatan dengan aroma yang aneh, dan rasanya pahit. Biasanya jamu dijual oleh wanita yang menggunakan kain jarik, serta menggendong bakul besar berisi botol-botol ramuan, dan menawarkannya dari rumah ke rumah.  Itu tidak salah, namun pengertian jamu sebenarnya tidak hanya terbatas pada jamu gendong saja. Kini sudah cukup banyak industri yang memproduksi jamu, dalam bentuk seduhan, serbuk,   sirup, kapsul, tablet, dsb dengan tujuan untuk memudahkan mengkonsumsinya. Jika kita amati, meskipun cukup banyak jamu yang beredar di pasar, ternyata sebagian besar masyarakat masih menganggap bahwa jamu adalah produk nomor sekian dipilih untuk memelihara kesehatan atau menyembuhkan penyakit. Masyarakat lebih percaya pada kemanjuran obat-obat sintetik, meskipun itu tidak selalu benar. Salah satu penyebab obat tradisional kurang diminati, adalah kar...

Ingatkah kau pada mentari ?

Ia tampak memerah merona di ujung senja setelah seharian ini ia menerangi bumi dengan sinarnya. Sejenak kupandangi ia, yang perlahan-lahan tampak meredup dan akhirnya tenggelam, hanya meninggalkan gelap. Aku rasa ia tak terlalu peduli dengan ku yang sejak tadi memperhatikan, melihat keindahannya. Begitu pula ia sepertinya tak ambil pusing saat siang tadi banyak yang mengeluh, begitu panasnya dunia ini, sementara di belahan dunia yang lain, banyak yang merasa kedinginan hingga menggigil. Ia hanya bersinar setiap hari. Terbit di ufuk timur, saat orang-orang mulai terbangun bersama dengan berkokoknya ayam, bersinar terik di siang hari untuk mengeringkan jemuran, lalu tenggelam di sore hari, saat banyak orang sudah merasa cukup capai dengan aktivitasnya. Begitulah ia jalani setiap hari sebagai suatu rutinitas. Kadang-kadang ia merasa dibutuhkan, kadang diabaikan, kadang malah dimaki karena membuat keadaan tidak nyaman di bumi. Meski begitu ia tidak pernah ingin meredup ataupun ...

Sembilan belas..

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. 4 Juli bulan lalu, tepat 19 tahun masa itu telah terlewati. Bila kuingat dulu aku sering memanggilmu saat pagi, saat aku bangun pagi. Sekali memanggil tak ada jawaban. Dua kali memanggil, tetap tak menyahut. Makin keras aku memanggil, bahkan merengek sambil menangis, namun malah bukan kau yang datang. Aku hanya ingin kau membawaku bersamamu dalam pelukan dan gendonganku. Aku tak perlu apa-apa, karena itu sudah sangat cukup membuatku nyaman dan tertawa pagi itu. Begitulah terjadi hampir setiap hari aku memanggilmu. Aku tahu kau tak kan datang, karena telah begitu sibuk sedari kau bangun pagi, tetapi entah kenapa aku tetap memanggilmu. Aaahh..namanya juga anak-anak. Kata nenek, dulu aku pernah menangis begitu keras dan lama..bahkan selama perjalanan pulang dari Yogya ke rumah yang waktu itu perlu kira-kira satu jam lamanya. Dibujuk seperti apapun aku tak mau berhenti menangis. Baru setelah sampai di rumah, tangisku reda dengan sendirinya...