Langsung ke konten utama

26 for Nowela

Perjuangan tidak selalu mudah.
Bahkan dengan talenta yang hebat pun, tidak serta merta orang akan langsung hebat.
Butuh fokus, latihan, dan kesabaran yang sungguh.

Nowela, juara Indonesian Idol 2014 yang baru saja dinobatkan malam ini adalah salah satu bukti bahwa prestasi butuh fokus, latihan, dan kesabaran yang tinggi. Mengapa Nowela yang menurut para juri mempunyai suara "uranium" baru muncul sekarang di usianya yang 26 tahun? Padahal dengan talenta yang dimiliki, bukankah ia sudah bisa berkompetisi sejak usia belasan tahun.

Ia sadar, bahwa talenta tidaklah berarti apa-apa jika tidak dilatih terus-menerus. Karena itulah, meski mempunyai suara yang bagus, ia tidak terburu-buru untuk mencoba peruntungannya di bidang musik, tetapi terus berlatih dulu hingga merasa cukup untuk maju.
Dan di usia 26 tahun inilah mimpinya untuk menjadi juara Indonesian Idol 2014 akhirnya bisa tercapai.

Saya sangat yakin, perjuangan dan usaha besar Nowela tidak dimulai dan berlangsung selama ajang kompetisi, tetapi sudah sejak ia kecil. Untuk menjadi pribadi berkualitas, orang tidak bisa berproses secara instan.

Sebagai penonton atau penggemar, pasti banyak yang tidak tahu apa hambatan yang harus ia jalani sebelum ikut dalam salah satu kompetisi bergengsi ini. Sikap untuk terus konsisten dan kesabaran di saat hasil yang didapat tak sesuai harapan, bukanlah hal yang mudah untuk dijalani.
Bisa dilihat contoh sederhana, pernahkah sobat merasa lelah dan ingin berhenti mencoba, di saat sudah belajar mati-matian tetapi akhirnya tidak lulus juga?

Banyak yang lebih suka menyerah karena usaha yang dilakukan tiada hasil dan menjadi membosankan.
Waktu terus berjalan, dan kebanyakan orang akan membiarkannya berlalu tanpa melakukan sesuatu yang berarti. Atau tak jarang juga, tanpa sadar waktu diisi dengan berbagai aktifitas yang menyibukkan, namun ternyata tidak membawanya kemana-mana, alias tidak memberdayakan atau tidak produktif.

Malam ini kita diingatkan melalui seorang Nowela, untuk tak hanya seolah-olah sibuk tanpa hasil, tetapi berjuanglah terus, menggunakan waktu yang ada untuk meraih mimpi. Untuk meraih sesuatu yang berharga dan pulang membawa cinta.

Congratulation for Nowela..

Sent from @706.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Watukodok dan OLI

Jogja mempunyai begitu banyak tempat wisata, termasuk wisata pantai. Kalau ditanya, pantai apa saja yang Anda tahu di kota pelajar ini? Pasti kata pertama adalah Parangtritis. Ya, memang tidak salah karena Parangtritis memang pantai yang cukup terkenal di sana. Mungkin ada juga yang menyebutkan pantai Depok, Baron, Kukup, Drini, atau Indrayanti. Empat yang disebut terakhir adalah beberapa pantai indah dari sekian banyak pantai di Gunungkidul. Kali ini saya akan mencoba berbagi tentang sesuatu yang menarik di antara pantai-pantai indah itu, di mana 29 Juni 2014 yang lalu saya berkesempatan berkunjung ke sana. Berangkat dari Jogja, mbah Cokro “setres”, mengantar kami menuju pesisir selatan Gunungkidul.  Kami melewati perbukitan yang penuh tanjakan dan turunan tajam, serta kelokan-kelokan yang sepertinya tak ada habisnya. Persis di bukit Patuk, di sisi sebelah kanan jalan tampak view Jogja dari atas. Barisan rumah penduduk, persawahan, pepohonan, jalan-jal...

Hidroponik trial 300520, 030620, 070620, 160620

Sekedar untuk menyimpan. Ini adalah dokumentasi foto-foto hidroponik yang diambil di Mei-Juni 2020. Beberapa tanaman masih trial awal, jadi hasilnya belum memuaskan.  Maaf jika tampilannya masih belum rapi. No. 1-7 = Foto 300520, 030620, 070620, 160620 secara berurutan. 1. Sawi Samhong, masih trial, awalnya kurang cahaya matahari.        2. Sawi (kalau tidak salah), masih trial, awalnya kurang cahaya matahari.       3. Pakchoy & sawi (mix)     4. Pakchoy     5. Pakchoy   6.     (- belum difoto lagi) (-sudah dipanen) 7.   (blm difoto lagi)    (- sudah dipanen) 8. Foto hidroponik 070620, 160620 = A.    B.     C.  (pindah tanam 1 Juni 2020) D.  (pindah tanam 6 Juni 2020) E.       (ini adalah sisa-sisa trial yang belum berhasil ter...

Begini cara membuat tablet

Hey friends... Kali ini saya akan berbagi sedikit ilmu tentang cara membuat tablet. Ya, tablet. Tapi tolong jangan dulu berpikir tentang prosesor, RAM, memori intenal, resolusi kamera, dimensi layar, dsb. Singkirkan segala yang berhubungan dengan gadget karena yang akan saya bicarakan di sini adalah tablet yang biasa kita minum kalau sedang sakit. Pada umumnya, sebagian besar tablet mengandung lebih sedikit bahan aktif jika dibandingkan bahan penolongnya (baca: eksipien). Sebagai contoh, misalnya tablet CTM 4 mg dibuat menjadi tablet dengan bobot total 1 0 0 mg. Mengapa begitu? Volume 4 mg CTM itu sangat kecil, kira-kira hanya ½ dari sebutir beras. Bisa dibayangkan, bagaimana cara mencetak serbuk sesedikit itu. Oleh karena itu lah ditambahkan eksipien agar jumlahnya mencukupi untuk bisa dicetak. Di sini kita akan menggunakan salah satu metode pembuatan tablet dengan cara granulasi basah. Apakah itu? Secara sederhana, granulasi adalah proses untuk menghasilkan granu...