Langsung ke konten utama

Oleh-oleh dari Cilincing

Sejujurnya, hari ini saya cuma ikutan alias jadi tim penggembira di tim survey ke Cilincing, Jakut. Cilincing? Ga salah itu tempatnya?? Ya, pokoknya sampe sana dulu lah..

Perjalanan ini dimulai dari Cikarang pukul 09.15, namun tim begitu baik hati sehingga ditambah 30 menit menjadi 09.45 :).
Cuaca selama perjalanan agak gerimis, namun hal itu tidak terlalu masalah karena ternyata lalu lintas tidak macet. Kabar baik lainnya adalah perbekalan di dalam mobil tersedia dalam jumlah yang sangat cukup untuk kami :).

Keluar tol Cilincing, kami menuju arah Merunda sambil mencari-cari jalan di sebelah kiri bernama “Kelapa dua” atau “Kelapa kembar”. Sudah hampir sampai ujung, kok nama jalannya ga ada? Masa iya nama jalannya ilang?
Usut diusut, ternyata namanya bukan kelapa dua atau kelapa kembar, tetapi Cilincing Kelapa (beda nama dikit lah ya :p ).

Setelah masuk ke jalan tersebut beberapa puluh meter, di sebelah kanan jalan ada papan nama bertuliskan “Atmabrata”. Itulah tempat yang kami tuju.

Kami bersyukur, di tempat itu kami bisa bertemu salah satu orang hebat dan inspiratif. Tampil begitu sederhana, tetapi melakukan karya yang luar biasa (setidaknya menurut kami).
O o o o, siaaapa diaaaaa?? …. beliau adalah Bruder Petrus Partono (biasa dipanggil dengan nama Bruder Petrus). Beliau lah yang mendirikan dan mengelola Yayasan Atmabrata.

"Atma" berarti jiwa, "brata" mempunyai beberapa arti, yaitu janji, sumpah, laku utama, pandangan, atau keteguhan hati. Namun, bagi yang bertanggung jawab atas yayasan itu, Atmabrata berarti ’jiwa yang hening’.



Ada apa sih di Yayasan Atmabrata? Berikut “di antara nya” :
  • mendirikan dan mengelola balai kesehatan (mereka menyebutnya klinik), yang buka setiap Senin, Rabu, Jumat (ada karyawan yang memang digaji untuk itu)
  • mengelola pendidikan anak SD (semacam les harian)
  • mendirikan dan mengelola 2 taman bacaan (semacam TK dan playgroup) untuk mempersiapkan sebelum siswa masuk SD. Taman bacaan yang buka hari Senin-Jumat seperti layaknya sekolah ini mempunyai 3 tenaga pengajar.
  • Mendirikan dan mengelola Balai Latihan Kerja (BLK), untuk memberikan pelatihan praktis kepada warga agar bisa bekerja
  • mendirikan rumah Lansia (lanjut usia)
  • mengelola lansia, misalnya pembagian sembako/makanan siap santap tiap berapa hari sekali
  • dsb...
 
Semua kegiatan di atas difokuskan untuk mereka yang tidak mampu.
Yang membuat kami sangat heran adalah, bahwa semua itu dilakukan bukan dengan uang dari organisasi mana pun. Wooow, kok bisa sih??

Menurut Bruder, ada 4 hal yang menjadi pondasi, mengapa kegiatan pelayanan seperti itu bisa dilakukan :
  1. Kejujuran
  2. Tanggung jawab
  3. Mampu dipercaya
  4. Relasi
Materi akan tersedia dengan sendirinya, mengikuti 4 pondasi tersebut. Jangan terbalik, karena materi tanpa 4 hal tadi, tidak akan bisa berjalan.
Mereka mengumpulkan sumbangan sedikit demi sedikit, tetapi rutin, dari orang-orang kecil.
Contoh sederhana yang kami lihat secara langsung di sana :
  • bu Linda memberi beras 1 karung, tiap bulan
  • orang lain memberi 1 kotak telur ayam tiap bulan
  • orang lain lagi memberi mie instan beberapa dus tiap bulan

Masih banyak lagi aktivitas yang tidak kami lihat, tetapi kami yakin pasti banyak sekali sumbangan yang diterima secara rutin. Gudang kecil mereka yang hanya berupa kamar sederhana, nyatanya menyimpan sembako hanya dalam waktu 1-2 minggu saja, karena segera habis dibagikan.

Mereka tidak mengharapkan sumbangan besar yang biasanya diberikan orang kaya, karena yang demikian biasanya hanya sekali waktu saja alias tidak berkelanjutan. Padahal yang dibutuhkan adalah sesuatu untuk menghidupi sehari-hari warga yang dilayani.

“Layanilah dengan hati dan jangan berharap untuk dihargai”, begitu pesan Bruder.

Tiada ragu, kami sepakat acungkan dua jempol untuk beliau. Terima kasih Bruder (walaupun ga bersedia di ambil fotonya), untuk kesempatannya hari ini, juga untuk pak Hengki yang sudah menemani kunjungan ke lokasi-lokasi karya sosial Atmabrata.

Tak lupa kuucapkan terima kasih pada mentari, yang berbaik hati menjadikan hari ini cukup teduh selama kunjungan ini.

Klinik kesehatan


Taman bacaan Nur

BLK

Taman Bacaan 2


Rumah Lansia

Komentar

flo mengatakan…
Cilincing Kelapa Gung .... masih mirip sama Kelapa Kembar 😄😄
Atmabrata = jiwa yg hening
Lorentius Agung Prasetya mengatakan…
@ bu Flo : oiya..makasih koreksinya. udah dibetulin ya.. :) :)

Postingan populer dari blog ini

Watukodok dan OLI

Jogja mempunyai begitu banyak tempat wisata, termasuk wisata pantai. Kalau ditanya, pantai apa saja yang Anda tahu di kota pelajar ini? Pasti kata pertama adalah Parangtritis. Ya, memang tidak salah karena Parangtritis memang pantai yang cukup terkenal di sana. Mungkin ada juga yang menyebutkan pantai Depok, Baron, Kukup, Drini, atau Indrayanti. Empat yang disebut terakhir adalah beberapa pantai indah dari sekian banyak pantai di Gunungkidul. Kali ini saya akan mencoba berbagi tentang sesuatu yang menarik di antara pantai-pantai indah itu, di mana 29 Juni 2014 yang lalu saya berkesempatan berkunjung ke sana. Berangkat dari Jogja, mbah Cokro “setres”, mengantar kami menuju pesisir selatan Gunungkidul.  Kami melewati perbukitan yang penuh tanjakan dan turunan tajam, serta kelokan-kelokan yang sepertinya tak ada habisnya. Persis di bukit Patuk, di sisi sebelah kanan jalan tampak view Jogja dari atas. Barisan rumah penduduk, persawahan, pepohonan, jalan-jal...

Hidroponik trial 300520, 030620, 070620, 160620

Sekedar untuk menyimpan. Ini adalah dokumentasi foto-foto hidroponik yang diambil di Mei-Juni 2020. Beberapa tanaman masih trial awal, jadi hasilnya belum memuaskan.  Maaf jika tampilannya masih belum rapi. No. 1-7 = Foto 300520, 030620, 070620, 160620 secara berurutan. 1. Sawi Samhong, masih trial, awalnya kurang cahaya matahari.        2. Sawi (kalau tidak salah), masih trial, awalnya kurang cahaya matahari.       3. Pakchoy & sawi (mix)     4. Pakchoy     5. Pakchoy   6.     (- belum difoto lagi) (-sudah dipanen) 7.   (blm difoto lagi)    (- sudah dipanen) 8. Foto hidroponik 070620, 160620 = A.    B.     C.  (pindah tanam 1 Juni 2020) D.  (pindah tanam 6 Juni 2020) E.       (ini adalah sisa-sisa trial yang belum berhasil ter...

Begini cara membuat tablet

Hey friends... Kali ini saya akan berbagi sedikit ilmu tentang cara membuat tablet. Ya, tablet. Tapi tolong jangan dulu berpikir tentang prosesor, RAM, memori intenal, resolusi kamera, dimensi layar, dsb. Singkirkan segala yang berhubungan dengan gadget karena yang akan saya bicarakan di sini adalah tablet yang biasa kita minum kalau sedang sakit. Pada umumnya, sebagian besar tablet mengandung lebih sedikit bahan aktif jika dibandingkan bahan penolongnya (baca: eksipien). Sebagai contoh, misalnya tablet CTM 4 mg dibuat menjadi tablet dengan bobot total 1 0 0 mg. Mengapa begitu? Volume 4 mg CTM itu sangat kecil, kira-kira hanya ½ dari sebutir beras. Bisa dibayangkan, bagaimana cara mencetak serbuk sesedikit itu. Oleh karena itu lah ditambahkan eksipien agar jumlahnya mencukupi untuk bisa dicetak. Di sini kita akan menggunakan salah satu metode pembuatan tablet dengan cara granulasi basah. Apakah itu? Secara sederhana, granulasi adalah proses untuk menghasilkan granu...