Langsung ke konten utama

Memupus "jarak" - 17 Agustus 2015

Sejak hari Minggu kemarin, teman-teman di media sosial banyak yang update status, pasang profil picture/ display picture bertemakan 70 tahun Indonesia Merdeka. Bahkan tidak sedikit juga yang share kegiatan di RT atau kompleks perumahannya. Ada yang menang juara lomba kerupuk, ada yang ikut pertandingan sepak bola sarung, panjat pinang, dll. Gara-gara itu juga, latihan nyanyi yang sebenarnya dijadwalkan hari Minggu, terpaksa ditunda dulu. Eh, kenapa malah jadi curcol ya? :d Oke, cukup, lupakan saja bagian terakhirnya.

Ngomong-ngomong soal berbagi momen seperti di HUT RI ini, gadget menjadi barang wajib untuk dibawa kemana-mana. Bahkan mungkin bisa ngalah-ngalahin dompet (ya kali ya). Memang sih, tidak bisa dipungkiri, majunya teknologi membawa banyak perubahan yang memudahkan hidup sehari-hari. Dulu kalau ada saudara hidup di rantau,  media komunikasi yang paling banter menurut saya ya sepucuk surat yang dikirim lewat pos pake perangko. Suratnya dikirim kapan, sampainya kapan. Itupun kita tidak tahu apakah suratnya sudah sampai, apakah sudah dibaca atau belum. Tentu tidak semudah sekarang di mana, notifikasi pesan sampai dan atau dibaca, kelihatan dari tanda “D”, “R”, “√”, atau “√√”. Yang jauh, menjadi terasa dekat.

Jaman dulu, ponsel (HP) tidak bisa terhubung satu sama lain, kecuali hanya untuk telpon dan sms. Itupun tarifnya juga tidak murah. Beruntung kemudian ditemukan teknologi nirkabel lainnya seperti inframerah, bluetooth, dan internet. Untuk diketahui saja, asal nama bluetooth diambil dari nama seorang raja Denmark abad 10, Harald Blatand a.k.a Harold Bluetooth yang berhasil menyatukan suku-suku yang sebelumnya berperang. Dengan analogi seperti itu, bluetooth memungkinkan benda mati yang sebelumnya tidak saling mengenal, untuk saling terhubung dan dekat.

Dulu, adalah mustahil membuat benda yang lebih berat daripada angin untuk melayang/terbang, tetapi kemudian Wright bersaudara diklaim membuatnya mungkin. Berkat penemuan itu, transportasi antar kepulauan, negara, bahkan benua bisa dilakukan lebih cepat. Tanpa mode transportasi ini, bisa dibayangkan tidak jika ada karyawan di ibukota yang hanya punya libur 2-3 hari, tetapi ingin liburan ke Rajaampat, Papua? Teknologi, membuat yang tinggal berjauhan bisa segera berjumpa tanpa harus lumutan di perjalanan.


Beberapa contoh di atas menunjukkan bahwa para periset telah berhasil berinovasi untuk mempermudah komunikasi dan transportasi. Dari tidak ada menjadi ada, dari tidak mungkin menjadi mungkin, dari lama menjadi cepat, dari yang jaraknya bermil-mil, menjadi terasa dekat. Saya pikir, teknologi telah berhasil memupus jarak yang ada.
Kini, manusia sedikit agak berkebalikan dengan fakta tentang teknologi. Adalah kenyataan bahwa dari sejak dahulu kita sama-sama perlu makan, perlu minum air, menginginkan tempat untuk berteduh, untuk hidup aman dan nyaman bersama orang-orang terkasih, dsb. Jauh sebelum teknologi berkembang, yaitu sejak bisa mendengar dan bicara, kita sudah bisa saling berkomunikasi dan menjadi dekat satu dengan yang lain. Seiring waktu berjalan, ketika disadari ada perbedaan antar manusia, entah beda bahasa, beda tinggi badan, rambut, warna kulit, suku, ras, golongan, dsb, mengapa malah menciptakan jarak? Padahal kita tinggal di bumi yang sama, bahkan mungkin di negara yang sama. Perbedaan memang akan selalu ada, bahkan orang yang kembar saja pasti ada bedanya. Lalu mengapa kita tidak mencari persamaannya saja, supaya kita dapat berjalan bersama-sama?
Semoga di peringatan HUT RI ke 70 ini, kita semakin mampu memupus "jarak", untuk bersatu di tengah keberagaman Indonesia. Salam satu negeri.
Dirgahayu Indonesia!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Watukodok dan OLI

Jogja mempunyai begitu banyak tempat wisata, termasuk wisata pantai. Kalau ditanya, pantai apa saja yang Anda tahu di kota pelajar ini? Pasti kata pertama adalah Parangtritis. Ya, memang tidak salah karena Parangtritis memang pantai yang cukup terkenal di sana. Mungkin ada juga yang menyebutkan pantai Depok, Baron, Kukup, Drini, atau Indrayanti. Empat yang disebut terakhir adalah beberapa pantai indah dari sekian banyak pantai di Gunungkidul. Kali ini saya akan mencoba berbagi tentang sesuatu yang menarik di antara pantai-pantai indah itu, di mana 29 Juni 2014 yang lalu saya berkesempatan berkunjung ke sana. Berangkat dari Jogja, mbah Cokro “setres”, mengantar kami menuju pesisir selatan Gunungkidul.  Kami melewati perbukitan yang penuh tanjakan dan turunan tajam, serta kelokan-kelokan yang sepertinya tak ada habisnya. Persis di bukit Patuk, di sisi sebelah kanan jalan tampak view Jogja dari atas. Barisan rumah penduduk, persawahan, pepohonan, jalan-jal...

Hidroponik trial 300520, 030620, 070620, 160620

Sekedar untuk menyimpan. Ini adalah dokumentasi foto-foto hidroponik yang diambil di Mei-Juni 2020. Beberapa tanaman masih trial awal, jadi hasilnya belum memuaskan.  Maaf jika tampilannya masih belum rapi. No. 1-7 = Foto 300520, 030620, 070620, 160620 secara berurutan. 1. Sawi Samhong, masih trial, awalnya kurang cahaya matahari.        2. Sawi (kalau tidak salah), masih trial, awalnya kurang cahaya matahari.       3. Pakchoy & sawi (mix)     4. Pakchoy     5. Pakchoy   6.     (- belum difoto lagi) (-sudah dipanen) 7.   (blm difoto lagi)    (- sudah dipanen) 8. Foto hidroponik 070620, 160620 = A.    B.     C.  (pindah tanam 1 Juni 2020) D.  (pindah tanam 6 Juni 2020) E.       (ini adalah sisa-sisa trial yang belum berhasil ter...

Begini cara membuat tablet

Hey friends... Kali ini saya akan berbagi sedikit ilmu tentang cara membuat tablet. Ya, tablet. Tapi tolong jangan dulu berpikir tentang prosesor, RAM, memori intenal, resolusi kamera, dimensi layar, dsb. Singkirkan segala yang berhubungan dengan gadget karena yang akan saya bicarakan di sini adalah tablet yang biasa kita minum kalau sedang sakit. Pada umumnya, sebagian besar tablet mengandung lebih sedikit bahan aktif jika dibandingkan bahan penolongnya (baca: eksipien). Sebagai contoh, misalnya tablet CTM 4 mg dibuat menjadi tablet dengan bobot total 1 0 0 mg. Mengapa begitu? Volume 4 mg CTM itu sangat kecil, kira-kira hanya ½ dari sebutir beras. Bisa dibayangkan, bagaimana cara mencetak serbuk sesedikit itu. Oleh karena itu lah ditambahkan eksipien agar jumlahnya mencukupi untuk bisa dicetak. Di sini kita akan menggunakan salah satu metode pembuatan tablet dengan cara granulasi basah. Apakah itu? Secara sederhana, granulasi adalah proses untuk menghasilkan granu...