Kamis ini, saya diajak
nobar sebuah film drama yang berjudul “Nada untuk Asa” di mall
terbesar di area Cikarang :). Kami sampai di bioskop kira-kira pukul
19.45 karena mengira filmnya dimulai pukul 20.00, namun ternyata di
tiket masuk studio 2, tertulis bahwa film baru akan diputar pukul
20.50. Yaaah..tahu gitu tadi ga usah buru-buru berangkat. Minimal
bisa rebahan dulu lah sehabis kerja berat seharian ini (lebay.com).
Film yang diangkat dari novel dengan judul yang sama karya Ita
Sembiring ini, mengisahkan tentang perjuangan 2 wanita penderita HIV,
yang berkeyakinan positif untuk tetap hidup di tengah pandangan
negatif masyarakat, bahkan keluarganya sendiri. Berikut ini
reviewnya.
Cerita diawali dengan
suatu siang yang cerah dalam acara pemakaman seorang laki-laki
bernama Bobby. Bobby adalah seorang suami dari tokoh bernama Nada
(diperankan Marsha Timothy), anak kedua dari 3 bersaudara yang
seluruhnya perempuan.
Sebelum meninggal, Bobby
menderita penyakit kanker. Karena itulah keluarga Bobby dan Nada
yakin bahwa kankerlah penyebab kematiannya. Namun keyakinan itu mulai
runtuh, ketika beberapa hari setelah pemakaman, dokter yang menangani
Bobby memberitahukan sesuatu hal yang sulit dipercaya oleh Nada.
Bobby meninggal bukan karena kanker, tetapi karena AIDS.
“Suami saya orang
baik-baik. Itu tidak mungkin!!”, kilah Nada. Dokter membeberkan,
bahwa 4 tahun yang lalu ketika Bobby bertugas di Jakarta selama
setahun, tanpa sepengetahuan Nada, ia menjalin hubungan dengan teman
kuliahnya dulu. Dari situlah ia tertular AIDS. Dokter sudah
menyarankan Bobby berkali-kali untuk menyampaikan cerita ini kepada
Nada, tetapi tidak dilakukan hingga kematian menjemputnya.
Kematian Bobby saja sudah
menjadi pukulan berat untuk Nada, apalagi ditambah kenyataan bahwa
ternyata suaminya penderita AIDS, dan selama ini Nada tidak tahu
apa-apa. Anak-anak pun merasakan kehilangan dan rindu akan sosok
ayahnya.
Meski sedang larut dalam
kesedihan, dokter menyarankan Nada agar melakukan pemeriksaan untuk
mengetahui kemungkinan tertular HIV. Dalam kecemasan, Nada berharap
hasil pemeriksaan negatif, namun dokter mengatakan sebaliknya.
Hatinya merasakan duka yang dalam sampai hampir tak sanggup
mengatakan kenyataan itu pada keluarganya, meski akhirnya
disampaikannya kabar menyedihkan itu. Kakaknya (Lani) dan ayahnya
(Robert) merasa sangat terpukul akan kabar itu. Mengetahui Nada
tertular HIV, mereka berusaha menarik diri dari Nada, seolah ingin
mengasingkan karena takut tertular.
Nada dan Bobby mempunyai
3 orang anak, yaitu Adit, Yoyo, dan Asa. Asa masih balita ketika
ayahnya meninggal. Karena itulah dokter mendorong Nada agar Asa kecil
pun diperiksa. Hasilnya, Asa positif HIV. Dengan alasan itu, Lani
(kakak Nada) membawa Adit dan Yoyo tinggal bersama kakeknya yang
mantan hakim agung (Mathias Mucus). Hanya Asa yang diijinkan tinggal
bersama Nada karena sama-sama positif HIV. Penolakan-penolakan itu
kian membuat Nada terluka begitu dalam. Hingga suatu ketika, Nada
memutuskan untuk tidak terpuruk lagi dengan keadaan, untuk menerima
dan memaafkan semuanya. Dengan berani ia mengambil tindakan untuk
terus hidup, demi buah hatinya.
Dalam asuhan Nada, Asa
(Acha Septriasa) pun tumbuh menjadi seorang gadis dewasa yang ceria,
yang berkeyakinan positif dan kuat terhadap hidupnya. Ia tidak ragu
ataupun malu mengakui bahwa dia menderita HIV. Namun malah
orang-orang di sekitarnya yang sering berpandangan negatif kepadanya.
Meskipun dia cukup berprestasi dalam pekerjaan, toh akhirnya tetap
diberhentikan karena dianggap akan berakibat kurang baik bagi
karyawan lain. Beberapa teman mulai risih setelah tahu bahwa Asa
diberhentikan karena menderita HIV, namun Asa tidak terlalu
mempedulikannya. Ia juga aktif terlibat dalam Komunitas Positif HIV.
Keyakinannya yang positif
terhadap hidup itu, telah menarik hati seorang pria bernama Wisnu
(Darius Sinathrya). Wisnu juga yang membesarkan hati dan memberi
dorongan bagi Asa untuk terus melanjutkan hidup dan mewujudkan
cita-citanya. Wisnu mendapatkan tempat di hati Asa, namun Asa masih
merasakan keraguan, mengingat apa yang dialami ibu nya sendiri .
Apakah Wisnu sungguh-sungguh atau hanya memanfaatkan?
Nada pun meyakinkan Asa,
bahwa zaman sekarang ini jika kau menemukan orang yang mau menerima
kelemahanmu, itu adalah hal langka. Apalagi dengan kondisi mu saat
ini. Akhirnya dengan keyakinan itu, Asa menerima Wisnu.
Film berdurasi kurang
lebih 90 menit ini memberikan banyak pelajaran tentang hidup, tetapi
tidak dengan cara menggurui. Alur cerita film ini dibuat tidak selalu
maju, tetapi maju mundur. Mungkin memang sengaja penonton dibawa
untuk melihat potongan-potongan hidup 2 perempuan berbeda generasi,
yang sama-sama berjuang untuk tetap hidup dengan cara yang positif.
Tentang ending film, saya
rasa agak kurang. Karena saya pikir film bakal ending saat Asa
ngobrol dengan ibunya, membicarakan tentang hidup, kemudian tiba-tiba
Adit dan Yoyo muncul, disusul dengan kedatangan Wisnu yang tidak
terduga. Eh, ternyata masih ada scene flash back lagi.
Berikut beberapa cuplikan
yang menurut saya bagus:
- Asa bertanya kepada ibunya (Nada),”Mengapa harus kita yang mengalami ?" Ibunya menjawab "Karena kita Mampu"
- Jawaban Wisnu ketika Asa bertanya,”Kenapa kamu memilih aku sebagai pendamping hidupmu?" Wisnu menjawab, " Karena kamu adalah wanita kuat dan positif".
- Adegan di makam, ketika Nada dengan berani memaafkan selingkuhan suaminya dulu.
- Asa bertanya pada ibunya," Dulu mama juga selalu membanggakan papa tetapi kenyataan papa tidak sempurna." Mamanya menjawab "Mama tidak pernah menyesal telah memilih papamu sebagai pasangan hidup, karena ketika mama melihat lebih dalam, ternyata banyak kebahagiaan yang sudah diberikan papa. Karena papa, mama punya anak-anak seperti kalian”.
Kira-kira begitu kisah dalam film Nada untuk
Asa, yang diproduksi Magna Entertainment bekerja sama dengan Komsos
KAJ. Ada yang mau nambahin?
By the way, ternyata banyak juga lho
yang salah bilang judul filmnya, jadi Nada dan Asa :p .
Oiya, dalam film ini, OST yang diciptakan dan dibawakan oleh Pongki Barata secara khusus menurut saya cukup bagus dan menyentuh, meski disampaikan dengan lirik yang sangat sederhana, misalnya di lagu “Seluas itu”.
Oiya, dalam film ini, OST yang diciptakan dan dibawakan oleh Pongki Barata secara khusus menurut saya cukup bagus dan menyentuh, meski disampaikan dengan lirik yang sangat sederhana, misalnya di lagu “Seluas itu”.
“
aku jalani hidup hanya untuk sekali
saja
cintaku kan berlabuh pada mentari dan langit biru
seluas itu cintaku
cintaku kan berlabuh pada mentari dan langit biru
seluas itu cintaku
“

Komentar