Langsung ke konten utama

Respect to you

Sekitar 4 tahun lalu, nenek dari keluarga ibu menderita mamae cancer. Sebenarnya sudah cukup lama beliau sakit, sudah berobat, bahkan akhirnya salah satu payudaranya pun terpaksa diangkat untuk menyelamatkan hidupnya. Dua tahun kemudian, beliau dipanggil Tuhan, meninggalkan 3 orang anak yang “untung”nya sudah mapan.

Tahun lalu, seorang teman akrab saya tiba-tiba broadcast pesan yang kira-kira isinya begini :
“Kami sedang menggalang dana buat teman kita, si B yang divonis dokter menderita Lymphoma non-Hodkins. Bagi yang ingin berpartisipasi untuk membantu, kami membuka rekening bantuan sbb... Mohon doanya ya!”.
DEG... Saya kaget seakan tidak percaya. Ini beneran si B kena Lymphoma? Si B ini teman seangkatan saya dan ya bisa dibilang seumuran, makanya saya agak-agak ragu dengan info ini.
Namun setelah saya konfirmasi ulang, ternyata benar si B terkena Lymphoma non-Hodkins.
Apa itu Lymphoma non-Hodkins, saya juga tidak ingat secara pasti. Yang saya tahu, itu salah satu jenis kanker kelenjar getah bening. Singkat cerita, si B harus menjalani beberapa kali kemoterapi. Syukurlah, akhirnya awal tahun ini dokter menyatakan dia sudah bebas dari Lymphoma. Good broo!!

Juni 2013 lalu, saya bertemu dengan saudara “jauh” untuk pertama kalinya. Dan dari obrolan singkat, ternyata sudah hampir setahun terakhir beliau menderita mamae cancer. Waktu itu, beliau sedang tinggal di rumah, sambil menunggu jadwal kemoterapi yang tinggal 2-3 kali lagi. Bulan Desember, saya coba tanya ke anak nya bagaimana perkembangannya, dan syukurlah sudah jauh lebih baik.



Itu sekilas cerita tentang beberapa penderita kanker yang saya kenal. Saya yakin sekarang ini di luar sana masih banyak lagi penderita kanker, yang sedang berjuang mempertahankan hidupnya.
Secara pribadi, saya hanya ingin memberikan dukungan buat para cancer survivor, fighter, bahwa kalian tidak sendirian. Kami ada di sini. Saya tahu, kanker itu menguras energi, baik fisik maupun mental, tetapi saya harap kalian tidak putus asa. Teruslah berjuang!! Selama mentari bersinar esok pagi, aku percaya bahwa harapan itu masih ada.

Aku hanya ingin kamu tahu, bahwa aku dan kami pun mengasihimu.


#WorldCancerDay #4Feb2015

selakngantukdotkom

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Watukodok dan OLI

Jogja mempunyai begitu banyak tempat wisata, termasuk wisata pantai. Kalau ditanya, pantai apa saja yang Anda tahu di kota pelajar ini? Pasti kata pertama adalah Parangtritis. Ya, memang tidak salah karena Parangtritis memang pantai yang cukup terkenal di sana. Mungkin ada juga yang menyebutkan pantai Depok, Baron, Kukup, Drini, atau Indrayanti. Empat yang disebut terakhir adalah beberapa pantai indah dari sekian banyak pantai di Gunungkidul. Kali ini saya akan mencoba berbagi tentang sesuatu yang menarik di antara pantai-pantai indah itu, di mana 29 Juni 2014 yang lalu saya berkesempatan berkunjung ke sana. Berangkat dari Jogja, mbah Cokro “setres”, mengantar kami menuju pesisir selatan Gunungkidul.  Kami melewati perbukitan yang penuh tanjakan dan turunan tajam, serta kelokan-kelokan yang sepertinya tak ada habisnya. Persis di bukit Patuk, di sisi sebelah kanan jalan tampak view Jogja dari atas. Barisan rumah penduduk, persawahan, pepohonan, jalan-jal...

Hidroponik trial 300520, 030620, 070620, 160620

Sekedar untuk menyimpan. Ini adalah dokumentasi foto-foto hidroponik yang diambil di Mei-Juni 2020. Beberapa tanaman masih trial awal, jadi hasilnya belum memuaskan.  Maaf jika tampilannya masih belum rapi. No. 1-7 = Foto 300520, 030620, 070620, 160620 secara berurutan. 1. Sawi Samhong, masih trial, awalnya kurang cahaya matahari.        2. Sawi (kalau tidak salah), masih trial, awalnya kurang cahaya matahari.       3. Pakchoy & sawi (mix)     4. Pakchoy     5. Pakchoy   6.     (- belum difoto lagi) (-sudah dipanen) 7.   (blm difoto lagi)    (- sudah dipanen) 8. Foto hidroponik 070620, 160620 = A.    B.     C.  (pindah tanam 1 Juni 2020) D.  (pindah tanam 6 Juni 2020) E.       (ini adalah sisa-sisa trial yang belum berhasil ter...

Begini cara membuat tablet

Hey friends... Kali ini saya akan berbagi sedikit ilmu tentang cara membuat tablet. Ya, tablet. Tapi tolong jangan dulu berpikir tentang prosesor, RAM, memori intenal, resolusi kamera, dimensi layar, dsb. Singkirkan segala yang berhubungan dengan gadget karena yang akan saya bicarakan di sini adalah tablet yang biasa kita minum kalau sedang sakit. Pada umumnya, sebagian besar tablet mengandung lebih sedikit bahan aktif jika dibandingkan bahan penolongnya (baca: eksipien). Sebagai contoh, misalnya tablet CTM 4 mg dibuat menjadi tablet dengan bobot total 1 0 0 mg. Mengapa begitu? Volume 4 mg CTM itu sangat kecil, kira-kira hanya ½ dari sebutir beras. Bisa dibayangkan, bagaimana cara mencetak serbuk sesedikit itu. Oleh karena itu lah ditambahkan eksipien agar jumlahnya mencukupi untuk bisa dicetak. Di sini kita akan menggunakan salah satu metode pembuatan tablet dengan cara granulasi basah. Apakah itu? Secara sederhana, granulasi adalah proses untuk menghasilkan granu...