Langsung ke konten utama

Sembilan belas..

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. 4 Juli bulan lalu, tepat 19 tahun masa itu telah terlewati.
Bila kuingat dulu aku sering memanggilmu saat pagi, saat aku bangun pagi. Sekali memanggil tak ada jawaban. Dua kali memanggil, tetap tak menyahut. Makin keras aku memanggil, bahkan merengek sambil menangis, namun malah bukan kau yang datang. Aku hanya ingin kau membawaku bersamamu dalam pelukan dan gendonganku. Aku tak perlu apa-apa, karena itu sudah sangat cukup membuatku nyaman dan tertawa pagi itu. Begitulah terjadi hampir setiap hari aku memanggilmu. Aku tahu kau tak kan datang, karena telah begitu sibuk sedari kau bangun pagi, tetapi entah kenapa aku tetap memanggilmu. Aaahh..namanya juga anak-anak.

Kata nenek, dulu aku pernah menangis begitu keras dan lama..bahkan selama perjalanan pulang dari Yogya ke rumah yang waktu itu perlu kira-kira satu jam lamanya. Dibujuk seperti apapun aku tak mau berhenti menangis. Baru setelah sampai di rumah, tangisku reda dengan sendirinya. 

Aku tak ingat bagaimana kau mengajariku memegang piring dan sendok, bahkan membayangkannya pun aku tak bisa. Aku tak bisa mengingat bagaimana kau mengajariku hal-hal kecil supaya bisa melakukan semuanya sendiri. 

Aku pun tak ingat bahwa ternyata kau pernah memakaikanku setelan yang menurutku ternyata cukup keren ya untuk dipakai bergaya sambil memegang mainan senapan di samping motor warna merah tua yang sudah kuno itu. Ternyata kita pernah punya motor seperti itu ya. Kalau bapak tidak memberitahuku, mungkin aku juga tak tahu kalau aku lah gambar di foto yang aku tunjuk itu.

Di lain waktu, saat bapak sibuk bekerja dan tak ada orang di rumah, terpaksa kau mengajakku ikut ke sekolah bersamamu. Kadang bapak menyempatkan diri untuk mengantar kita sebelum ia berangkat, jadi kita harus siap-siap lebih pagi. Maafkan aku jika dulu aku agak susah diatur dan merepotkanmu, padahal aku juga tahu, sebenarnya kau harus masuk jam 7 pagi seperti kebanyakan orang bekerja lainnya. Tapi tahukah kau jika sebenarnya aku sangat senang setiap kali kau mengajakku ke sekolah. Mungkin karena tidak setiap hari kali ya? Atau karena aku bisa bermain di sekolah? Atau mungkin juga karena ngobrol dengan tukang kebun di sekolah yang kupikir bisa jadi teman saat aku belum boleh sekolah waktu itu. Tentu saja, aku juga aku senang karena aku bisa makan makanan kecil di warungnya. Mana mungkin di rumah ada makanan kecil begitu banyak seperti di sana. Ya kan? 

Aku tahu ekonomi kita tak begitu bagus, jadi aku tak berani merengek minta mainan, apalagi jika harganya mahal. Aku ingat dulu ingin punya mainan kereta api, lengkap dengan relnya yang panjang, dan tampaknya menarik sekali. Aku hanya berharap suatu saat nanti aku bisa meminjam atau sekedar memegang mainan punya teman atau saudara jauh yang pulang saat liburan sekolah. Masa liburan sekolah adalah masa yang selalu kutunggu karena aku bisa bermain dengan mereka.

Di awal masa sekolah, kadang kala aku tak begitu peduli dengan belajar. Hingga suatu ketika nilai ulangan matematikaku jelek, hanya dapat 4, lalu kau kesal padaku. Aku hanya berkilah, masih ada yang lebih jelek nilainya daripada aku. Meski kesal, kau tak memarahiku habis-habisan, tetapi malah mengajariku sampai aku bisa, seperti yang kau harapkan. Tentu saja aku menjadi senang dan lebih bersemangat untuk sekolah.

Engkau tahu aku punya amandel yang rentan dengan cuaca atau makanan dingin. Karena itu kau selalu melarangku untuk minum es, ataupun jajanan yang kurang sehat lainnya. Aku terpaksa menurut saja, meski dalam hati aku sangat menginginkannya. Karena amandel itu pula, kau mengantarku setiap hari Rabu untuk diterapi pijat di Yogya selama hampir 1 tahun. Pasti melelahkan rasanya, meski kau duduk di belakang motor sambil memegangku yang kadangkala mengantuk atau bahkan malah tertidur.

Aku juga ingat kalau dulu aku sering sakit demam dan tak masuk sekolah. Kadang kala kau pun jadi ikut tak berangkat kerja, hanya untuk merawatku di rumah. Biasanya kau akan mengajakku ke toko untuk beli makanan yang aku suka, dan juga membeli susu supaya aku cepat sembuh. Sering aku berharap akan mendapatkan hadiah saat kita membuka kemasannya. Tentu hadiah yang kumaksud hanyalah sekedar mainan, dan kadang memang aku mendapatkannya. Itu sudah cukup membuatku bahagia.

Lama sudah waktu berlalu..namun terasa seperti baru kemarin.
Kini kalau aku bangun pagi, aku tak memanggilmu seperti dulu. Aku juga tak pernah lagi ikut ke sekolah bersamamu, dan tak pernah lagi ingin mainan seperti dulu lagi. Kalau dulu kau menyuruhku belajar, kini aku harus bisa belajar sendiri tanpamu. Kini aku sudah bisa menghasilkan uang dan aku ingin kau pun tahu dan aku ingin kau bahagia. Aaaaahh, seandainya saja kau masih ada di sini. Aku pasti akan mengajakmu berjalan-jalan dan bercerita tentang apa yang telah kita lalui bersama.

Tetapi aku sadar, kini kau tak lagi di sini. Bagaimana sekarang kabarmu di sana ? Aku tak tahu karena kau tak pernah memberitahuku, meski aku kadang memanggilmu seperti dulu, hanya saja sekarang aku melakukannya dalam sepi. Semoga Tuhan selalu memberikan tempat yang baik untukmu di sana dan semoga kau bahagia. Aku bersyukur, karena Tuhan telah memberiku kesempatan untuk menikmati banyak waktu bersamamu dan aku bahagia. Terimakasih ibu. Aku ingin kau tahu bahwa aku sungguh mencintaimu. 

Hai angin!!! Mengapa kau masih di sini ? Tak bosankah kau berputar-putar sejak tadi? Lebih baik kau pergi sejenak dan membawakan pesanku untuknya. Lagipula kurasa kau sudah mendengarkanku sejak tadi. Setelah itu, kau bisa kembali lagi ke sini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Watukodok dan OLI

Jogja mempunyai begitu banyak tempat wisata, termasuk wisata pantai. Kalau ditanya, pantai apa saja yang Anda tahu di kota pelajar ini? Pasti kata pertama adalah Parangtritis. Ya, memang tidak salah karena Parangtritis memang pantai yang cukup terkenal di sana. Mungkin ada juga yang menyebutkan pantai Depok, Baron, Kukup, Drini, atau Indrayanti. Empat yang disebut terakhir adalah beberapa pantai indah dari sekian banyak pantai di Gunungkidul. Kali ini saya akan mencoba berbagi tentang sesuatu yang menarik di antara pantai-pantai indah itu, di mana 29 Juni 2014 yang lalu saya berkesempatan berkunjung ke sana. Berangkat dari Jogja, mbah Cokro “setres”, mengantar kami menuju pesisir selatan Gunungkidul.  Kami melewati perbukitan yang penuh tanjakan dan turunan tajam, serta kelokan-kelokan yang sepertinya tak ada habisnya. Persis di bukit Patuk, di sisi sebelah kanan jalan tampak view Jogja dari atas. Barisan rumah penduduk, persawahan, pepohonan, jalan-jal...

Hidroponik trial 300520, 030620, 070620, 160620

Sekedar untuk menyimpan. Ini adalah dokumentasi foto-foto hidroponik yang diambil di Mei-Juni 2020. Beberapa tanaman masih trial awal, jadi hasilnya belum memuaskan.  Maaf jika tampilannya masih belum rapi. No. 1-7 = Foto 300520, 030620, 070620, 160620 secara berurutan. 1. Sawi Samhong, masih trial, awalnya kurang cahaya matahari.        2. Sawi (kalau tidak salah), masih trial, awalnya kurang cahaya matahari.       3. Pakchoy & sawi (mix)     4. Pakchoy     5. Pakchoy   6.     (- belum difoto lagi) (-sudah dipanen) 7.   (blm difoto lagi)    (- sudah dipanen) 8. Foto hidroponik 070620, 160620 = A.    B.     C.  (pindah tanam 1 Juni 2020) D.  (pindah tanam 6 Juni 2020) E.       (ini adalah sisa-sisa trial yang belum berhasil ter...

Begini cara membuat tablet

Hey friends... Kali ini saya akan berbagi sedikit ilmu tentang cara membuat tablet. Ya, tablet. Tapi tolong jangan dulu berpikir tentang prosesor, RAM, memori intenal, resolusi kamera, dimensi layar, dsb. Singkirkan segala yang berhubungan dengan gadget karena yang akan saya bicarakan di sini adalah tablet yang biasa kita minum kalau sedang sakit. Pada umumnya, sebagian besar tablet mengandung lebih sedikit bahan aktif jika dibandingkan bahan penolongnya (baca: eksipien). Sebagai contoh, misalnya tablet CTM 4 mg dibuat menjadi tablet dengan bobot total 1 0 0 mg. Mengapa begitu? Volume 4 mg CTM itu sangat kecil, kira-kira hanya ½ dari sebutir beras. Bisa dibayangkan, bagaimana cara mencetak serbuk sesedikit itu. Oleh karena itu lah ditambahkan eksipien agar jumlahnya mencukupi untuk bisa dicetak. Di sini kita akan menggunakan salah satu metode pembuatan tablet dengan cara granulasi basah. Apakah itu? Secara sederhana, granulasi adalah proses untuk menghasilkan granu...