Yuuk, mari kita nyanyi dulu..
Bangun tidur ku terus ngopi
Bangun tidur ku terus ngopi
tidak lupa sambil
nonton tivi
habis ngopi ku ganti
baju (loh, ga mandi??)
tidak ingat kalau ini
Sabtu...
Demikian gubahan ngawur
dari lagu yang dulu sering kita nyanyikan saat masih duduk di Taman
Kanak-Kanak . Memang, kira-kira ya begitulah rutinitas kebanyakan
orang pekerja sekarang ini di pagi hari. Kalau pagi-pagi tidak ngopi
dulu, rasanya ada yang kurang. Kurang semangat, dan jadi cepat
ngantuk pastinya. Mana kalau berangkat kerja masih ditambah macet
pula..begitu mungkin yang dialami mereka yang bekerja di kota besar,
seperti Jakarta. Untunglah, jarak kantor dari kos saya tidak jauh,
hanya 5 menit perjalanan. Jadi, no macet.
Berbicara tentang
perkopian, tahu tidak kalau saat ini Indonesia adalah penghasil kopi
terbesar no 3 di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Secara geografis,
letak Indonesia yang dilintasi garis ekuator menjadikannya negara
beriklim tropis yang sangat cocok untuk budidaya tanaman kopi. Di
daerah tropis pun tanaman ini tidak tumbuh di sembarang tempat dan
biasanya dapat tumbuh baik jika ditanam di dataran tinggi.
sumber : http://houseofinfographics.com/kopi-indonesia-terbesar-ketiga-dunia/
(menurut data International Coffee Organization
tahun 2012)
Lucunya, meski Indonesia
adalah salah satu negara penghasil biji kopi terbesar di dunia, namun
minuman kopi yang terkenal malah dihasilkan oleh negara dari benua
lain. Espresso, cappucino, dan coffe late adalah
nama-nama dari Itali. Kalau Anda penggemar kopi, pasti tak asing juga
dengan Starbucks. Nah, Starbucks ini awalnya ada di USA. Ternyata
kita kalah cepat dalam mempopulerkan minuman kopi kepada dunia.
Vietnam dulunya mengenal
tanaman kopi dari Indonesia. Sekitar 1980-an, mereka datang ke
Indonesia untuk mengenal tanaman kopi, mempelajari, dan mengembangkan
budidaya tanaman kopi di negaranya. Meski sebenarnya sulit mencari
lokasi tanah yang baik, nyatanya kini mereka cukup berhasil menjadi
pemasok kopi nomor 2 di dunia.
Dua dari tiga negara
penghasil kopi terbesar di dunia berasal dari Asia Tenggara. Dengan
tergabung sebagai anggota ASEAN, menurut saya bukan hal yang tidak
mungkin nantinya Indonesia dan Vietnam bisa merebut pangsa pasar
dunia saat ini. Mengapa? Karena dengan berada di peringkat 2 dan 3,
maka penguasa besar pasar yang dihadapi tinggal 1 yaitu Brazil.
Analoginya secara gampang adalah bahwa 2 orang akan lebih kuat ketika
melawan 1 orang.
Tentu saja tidak semudah
itu untuk merealisasikannya. Meskipun sama-sama sebagai penghasil
kopi, Indonesia dan Vietnam hendaknya tidak menganggap satu sama lain
sebagai musuh atau rival yang harus dikalahkan. Justru karena ada
kesamaan kepentingan, maka adanya hubungan kemitraan antara kedua
negara akan memberikan dampak positif terhadap produktivitas
masing-masing. Kendala-kendala yang menghambat produktivitas dapat
saling dibagikan untuk memperoleh solusi terbaik.
Sebagai salah satu contoh, Vietnam dan
Indonesia akan merasakan kerugian terbesar seandainya kopi robusta
mengalami keterpurukan harga karena kedua negara tersebut adalah
produsen robusta terbesar di dunia. Dengan mengadakan program
pembatasan ekspor kopi oleh kedua negara untuk mengurangi pasokan
kopi di pasar dunia, maka diharapkan harga kopi robusta dapat kembali
naik.
Pemerintah dan pelaku usaha melalui Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) dan Vietnam Coffee and Cocoa Association (Vicofa) hendaknya terus menjalin kerjasama untuk membahas isu-isu teknis usaha perkopian antar negara. Adanya organisasi komoditi kopi baik di tingkat regional atau tingkat dunia seperti International Coffee Organization (ICO) maupun ASEAN National Focal Point Working Group (ANFPWG) on Coffee, merupakan sarana yang baik untuk terus bekerja sama dalam rangka meningkatkan daya saing, akses pasar, dan memantapkan posisi di dunia internasional.
Selain ada peluang bagi Indonesia dan Vietnam dalam memasuki komunitas ASEAN 2015, tentu saja ada tantangan. Negara-negara konsumen telah menerapkan peraturan ketat terhadap kopi yang masuk, sehingga Indonesia dan Vietnam sebagai produsen kopi harus lebih meningkatkan kualitasnya untuk dapat diterima. Oleh karena itu kerjasama bilateral dan multilateral harus semakin diperkuat.
Saya rasa jika upaya-upaya memajukan komoditi kopi tersebut dilakukan secara terus-menerus, bukan tidak mungkin Indonesia dan Vietnam dapat merebut pangsa pasar kopi dunia dalam waktu yang tidak lama lagi. Semoga saja hal itu dapat terwujud pada komunitas ASEAN 2015.
Pemerintah dan pelaku usaha melalui Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) dan Vietnam Coffee and Cocoa Association (Vicofa) hendaknya terus menjalin kerjasama untuk membahas isu-isu teknis usaha perkopian antar negara. Adanya organisasi komoditi kopi baik di tingkat regional atau tingkat dunia seperti International Coffee Organization (ICO) maupun ASEAN National Focal Point Working Group (ANFPWG) on Coffee, merupakan sarana yang baik untuk terus bekerja sama dalam rangka meningkatkan daya saing, akses pasar, dan memantapkan posisi di dunia internasional.
Selain ada peluang bagi Indonesia dan Vietnam dalam memasuki komunitas ASEAN 2015, tentu saja ada tantangan. Negara-negara konsumen telah menerapkan peraturan ketat terhadap kopi yang masuk, sehingga Indonesia dan Vietnam sebagai produsen kopi harus lebih meningkatkan kualitasnya untuk dapat diterima. Oleh karena itu kerjasama bilateral dan multilateral harus semakin diperkuat.
Saya rasa jika upaya-upaya memajukan komoditi kopi tersebut dilakukan secara terus-menerus, bukan tidak mungkin Indonesia dan Vietnam dapat merebut pangsa pasar kopi dunia dalam waktu yang tidak lama lagi. Semoga saja hal itu dapat terwujud pada komunitas ASEAN 2015.

Komentar